Senin, 21 Maret 2011

Perkembangan Kredit di Indonesia

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memeungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.

Syarat kredit :
ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentut saja mengharapkan uangnya kembali. karenanya untuk memperkecil resiko (uangnya tidak kembalim, sebagai contoh). dalam memberikan kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian), Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan) dan Condition of Economy (keadaan perekonomian)

Jenis-jenis Kredit :
1. Kredit Investasi = Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik, pembelian mesin.
2. Kredit Modal Kerja = Kredit jangka pendek atau menengah yang di berikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi.
3. Kredit Konsumsi = Kredit untuk perorangan pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), lain-lain seperti Kredit tanpa agunan.
4. Kredit Usaha Tanpa Bunga dan Tanpa Agunan = Kredit ini disediakan khusus untuk usaha kecil dan menengah. Kredit semacam ini sangat meringankan bagi pengusaha namun tahapan seleksi pencairannya sangat ketat, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit InDelSa.

Pertumbuhan kredit di tahun 2010 diperkirakan akan dimotori sektor infrastruktur (kelistrikan, jalan tol, pelabuhan) terkait dengan kebijakan pemerintah untuk fokus perbaikan infrastruktur dalam 5 tahun ke depan. Selain kredit sektor infrastruktur, kredit sektor konsumsi yang ditopang kredit otomotif dan KPR juga akan terus meningkat. Sektor lain yang diperkirakan juga akan tumbuh kreditnya adalah sektor perdagangan dan industri makanan minuman terkait dengan meningkatnya aktivitas ekonomi. Sektor agribisnis (CPO, karet dan pulp) serta industri semen merupakan sektor/industri yang prospektif untuk dibiayai perbankan terutama terkait dengan dimulainya penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) di tahun 2010. Ke empat sektor/industri tersebut dianggap sektor yang paling diuntungkan dengan pemberlakuan ACFTA karena memiliki competitive advantage yang tinggi di ASEAN dan China.
Pembiayaan di sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) masih menjadi konsentrasi perbankan. Diperkirakan kredit ke sektor ini terus meningkat seiring dengan masih besarnya pasar yang belum digarap. Tingginya Nett Interest Margin (NIM) beberapa bank yang telah lama berkecimpung dalam sektor ini, membuat bank lain mencoba untuk masuk dan bermain di UMKM. Selain itu rendahnya NPL sektor UMKM (2009 1,7%, dibandingkan dengan total NPL perbankan sebesar 3,3%) membuatnya semakin menarik bagi perbankan. Bahkan Bank Mandiri mentargetkan untuk menjadi pemain di sektor UMKM nomor dua setelah BRI di tahun 2010, mengalahkan Danamon.
Ekspansi kredit yang meningkat disertai dengan mulai diperhitungkannya risiko operasional di 2010 dipastikan menyebabkan turunnya CAR perbankan. Untuk itu sepanjang tahun ini banyak bank yang melakukan corporate action guna mengantisipasi hal tersebut melalui right issue, penerbitan obligasi dan subdebt. Selain itu peningkatan modal juga diperlukan untuk memberi sokongan yang cukup jika terjadi kondisi peningkatan risiko ekonomi.
Persaingan perbankan khususnya dalam penyaluran kredit semakin ketat, karena tekanan terutama dari pemerintah dan BI terkait dengan belum bergeraknya sektor riil, mendorong terjadinya penurunan suku bunga kredit yang menyebabkan pendapatan perbankan akan turun. Pendapatan perbankan yang diperkirakan turun memaksa perbankan untuk meningkatkan dana murah dengan cara meningkatkan sistem layanan perbankan berbasis teknologi. Sistem tersebut terbukti memberikan manfaat selain untuk memuaskan nasabah, juga mengkonsolidasikan data secara cepat dan tepat, memperbesar perolehan fee based oncome (FBI), dan mengurangi dan mencegah fraud yang juga berujung pada peningkatan efisiensi perbankan.
Agresivitas investor bank asing dalam melakukan akuisisi bank lokal makin terasa. Hal tersebut antara lain dipicu oleh menariknya bisnis perbankan Indonesia. Selain pasar yang luas, margin bunga yang tinggi (NIM) dan aturan kepemilikan yang liberal hingga 99%, membuat investor asing tergiur. Di tahun 2010, bank-bank dari India dan Korea Selatan memiliki niat untuk membeli bank di Indonesia. Langkah tersebut dinilai tertinggal dibanding investor dari Malaysia dan Singapura yang telah terlebih dulu menikmati manisnya bisnis perbankan. Selain hal-hal yang disebutkan di atas, akuisisi bank asing terhadap bank kecil juga bertujuan mendukung perdagangan negara tersebut di Indonesia terkait dengan diberlakukannya liberalisasi perdagangan. Pelaku usaha yang melakukan perdagangan dari dan ke negara tersebut merupakan target utama bank-bank asing ke depan. Hal ini menyebabkanpersaingan perbankan makin ketat terutama pada bank menengah kecil. Bank asing dengan modal besar dapat memenuhi ketentuan Basel II, sementara bank kecil sangat kesulitan.
Selain tantangan dari sisi perbankan sendiri, tantangan dari eksternal juga masih menghadang di tahun 2010. Walaupun masa-masa terburuk ekonomi global sudah terlampaui, namun krisis global tampaknya belum seratus persen hilang. Ada beberapa perkembangan terakhir harus dicermati, krisis Dubai World dan mulai bangkrutnya perbankan di Austria dan Yunani dikhawatirkan akan memicu efek yang lebih besar bagi ekonomi global yang ujungnya akan berimbas pada ekonomi domestik. Hal tersebut menyebabkan perbankan belum dapat menurunkan premi risikonya sehingga bersikap risk averse. Sementara di sisi lain, sektor riil juga belum berani untuk bergerak atau cenderung bersikap wait and see yang biasanya ditandai dengan masih terbatasnya permintaan kredit.

1 komentar:

  1. Apakah Anda memerlukan pinjaman segera untuk melunasi hutang Anda atau apakah Anda memerlukan pinjaman untuk memperbaiki bisnis Anda? Apakah Anda memerlukan pinjaman konsolidasi atau hipotek? Sudahkah anda ditolak oleh bank dan lembaga keuangan lainnya? Cari tidak lebih karena kita di sini untuk membuat semua masalah keuangan Anda sesuatu dari masa lalu !! Kami meminjamkan kepada perusahaan, entitas swasta dan individu dengan bunga rendah dan harga terjangkau 2%. Anda bisa menghubungi kami melalui e-mail via: (ivanaluka04@gmail.com)

    APLIKASI DATA

    1) nama ...........................
    2) Negara .......................
    3) Alamat ......................
    4) Jenis Kelamin ........................
    5) status perkawinan .............
    6) Bekerja ................
    7) nomor telepon ...........
    8) posisi di tempat kerja .....
    9) penghasilan bulanan ....................
    10) total pinjaman .........
    11) durasi pinjaman .....
    12) Tujuan pinjaman ..................
    13) Tanggal lahir ........................

    Terima kasih.

    BalasHapus